Banda Aceh | BidikIndonesia – Berkunjung ke kota Banda Aceh bagi wisatawan luar daerah belum lengkap rasanya bila tidak mengunjungi Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh ( MRB) yang menawarkan pesona mengasikkan.
Karena Mesjid kebanggaan masyarakat Aceh ini tidak hanya rumah ibadah, tapi mesjid yang mampu menampung 9000 jamaah ini dilengkapi dengan Perpustakaan Mesjid.
Pustaka ini memiliki 12.000- an koleksi buku literatur Islam hampir lengkap dan literatur Aceh. Selalu ramai pengunjung di sore dan malam hari duduk-duduk dipelataran seraya selfi foto bareng keluarga.
Tidak hanya itu, pelataran mesjid ini berlantai full kramik dan dihiasi taman-taman mesjid.
Sembilan unit payung mesjid ala Mesjid Nabawi di Madinah Almunawwarah berdiri kokoh menjadi nuansa tersendiri.
Areal parkir kenderaan di basement yang luas untuk roda empat dan roda dua tersedia langsung terhubung ke tempat-tempat berwudhuk dan toilet.
Bagitupun di pintu masuk sisi timur berdiri kokoh menara utama setinggi sekitar 53 meter dapat dinaiki pengunjung hingga ke puncak di lantai tujuh menggunakan lift. Seperti layaknya di tugu MONAS ( monumen Nasional) di Jakarta.
Dari puncak menara dapat memandang sepuasnya sekeliling kota Banda Aceh yang luasnya sekitar ± 61,36 km² .
Di lantai satu menara juga ada galery Souvenir khas Aceh dengan 10 lebih koleksi kerajinan .topi,tas bordir, baju batik Aceh dan lainnya yang dapat dibeli untuk oleh-oleh pulang ke daerahnya bagi wisatawan.
“Sambut Tamu PON XXI Aceh-Sumut” Apalagi kota Banda di bulan September 2024 ini, dipastikan kebanjiran tamu, karna ada perhelatan PON XXI Aceh-Sumut 8 sampai 20 September 2024.
Seperti diungkapkan Kepala UPTD Pengelola Masjid Baiturrahman Dinas Syariat Islam Aceh , Saifan Nur, S.Ag, MSi saat ditemui media ini di kantornya di Banda Aceh, Kamis (29/8/2024).
Ia mengatakan, Masjid Raya Baiturrahman sudah mengantisipasi berbagai persiapan menyikapi kadatangan tamu-tamu PON XXI Aceh – Sumut.
” Kita maksimalkan terkait dengan pelayanan di Masjid Raya ini”, ujar Saifan Nur.
Peningkatan pelayanan tersebut, tambah Saifan Nur, yaitu pembagian tugas-tugas kepada para pegawai di Mesjid sudah diatur sedemikian rupa di masing- masing job yang sudah ditentukan.
” Terkait jadwal imam, areal ibadah dalam mesjid itu bersama-sama khadam sudah membentuk penjab ( penanggungjawab) terkait dengan kebersihan dalam masjid terkait sajadah, lantai mar-mar, dinding, plafon, sarana listrik bola lampu harus hidup semua, kemudian yang kurang-kurang harus diganti semua, kemudian AC harus dingin, maka disservice. Dan setiap dua hari dilakukan evaluasi “, terang Saifan Nur.
Begitupun di areal dalam terkait dengan soundsystem sudah dirapikan kembali bersama teknisi.
Sedangkan dengan kondisi luar, tambah Saifan Nur, agar Mesjid Raya Baiturrahman ini selalu bersih, kita juga bersama-sama khadam dan penjab UPTD Mesjid Raya sudah mengantisipasi terkait dengan pembenahan rumput, taman, kemudian payung, lantai mar-mar, kemudian basement ruang parkir.
Sudah disediakan tempat wudhuk dan toilet untuk sisi laki-laki dan sisi perempuan, kemudian di tempat-tempat penitipan barang dan sandal.
Mesjid Raya tidak menutup pintu bagi wisatawan non muslim untuk berkunjung ke Mesjid Raya, namun ada Standar Operasional Prosedur (SOP) Mesjid Raya yang harus dihargai dan dipatuhi, karena Aceh ada kekhususan yang mesti dipahami wisawatawan.
Dimana, “,Non muslim itu pertama masuk dari pintu gerbang, apakah dari basement atau pintu masuk yang diatas akan difasilitasi dengan baju juba, yang Islam pun di saat memasuki Mesjid Raya pun kita fasilitasi dengan kain sarung bagi laki-lagi dan mukena bagi Perempuan”, ujar Saifan Nur.
Saifan Nur menambahkan, pihaknya juga memperbanyak baju jubah. Tujuannya,, siapa tahu nanti yang berkunjung ke Masjid raya ini ada yang non muslim, mereka kita fasilitasi bersama dengan pemandu-pemandu yang akan kita persiapkan dari remaja-remaja Mesjid Raya Baiturrahman.
Sedangkan parkir VIP untuk tamu pejabat ataupun para ulama, kita tetap memfasilitasi sampai ke ruang VIP
Dari sisi pembenahan fasilitas ini, tambah Saifan, yang non muslim itu setelah kita pakaikan jubah, tapi mereka wajib memakai kaos kaki.
” Mereka akan dibenarkan berjalan di pelataran Mesjid Raya, namun tidak dibenarkan memasuki ruangan ibadah didalam mesjid”, terang Saifan Nur.
Ia mengharapkan, kepada tamu, jamaah dan wisatawan yang memasuki areal Mesjid Baiturrahman ini lebih tertib yang utama mereka bisa mendapatkan informasi dari pos-pos Satpam yang sudah ada.
” Satpam bersama tim pemandu lainnya akan melayani semua pengunjung yang ingin memasuki pakarangan mesjid”, terang Saifan.
Sedangkan personil yang dipersiapkan, penjab dari UPTD 10 orang, pengamanan internal 15 orang, kemudian minta persetujuan Dinas Syariat Islam meminta difasilitasi seperti dari Satpol PP dan WH.( polisi syariat).
“Dan kita akan memohon kepada Kasatpol PP dan WH Aceh untuk menempatkan personil mereka yang kami minta di mesjid Raya Baiturrahman ini”, ujar Saifan Nur.
Sedangkan jadwal buka tutup payung di masjid , lanjutnya, dari senin sampai minggu sudah kita sampaikan kepada teknisi payung elektrik, kataanya.
Kenapa di hari Senin sampai Kamis kadang-kadang ada terbuka satu, dua ataupun tidak terbuka sama sekali, namun di hari Jum’at itu kita tetap memfasilitasi agar terbuka semua.
Isma Sarfriana (21) petugas tiket naik Menara Utama mesjid mengatakan,“ di counter tiket pengunjung bisa membeli tiket masuk ke puncak Menara MRB bagi dewasa dikenai Rp 15 ribu/orang dan pelajar Rp 10 ribu/orang. Jam buka setiap hari dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, kecuali malam jum’at itu ditutup “, kata Isma.
Di lantai satu menara setinggi sekitar 53 meter ini ada satu ruangan dimana ada lebih 10 jenis koleksi-kolekasi kerajinan khas Aceh yang bisa dibeli pengunjung sebagai oleh-oleh.
Koleksi itu tersedia di galery namanya ” Souvenir Mesjid Raya Baiturrahman ” Banda Aceh yang menjual berbagai jenis kerajinan khas Aceh, diantaranya tas bordir, topi, baju bergambar Mesjid Raya Baiturrahman, kopiah Teuku Umar, dan sebagainya.
Pigura- pigura bingkai juga banyak di galery souvenir ini, pokoknya kerajinan khas Aceh, bisa dijadikan kenang-kenangan. Kalau yang naik ke atas menara hari-hari biasa bisa 10 sampai 15 orang, di hari-hari libur dan hari-hari besar, seperti lebaran dan tahun baru itu lebih rame”, tambahnya.
Menurut Isma mengaku sudah pernah naik ke puncak Menara Utama Masjid Raya Baiturrahman. Pengunjung dapat menikmati pemandangan suasana Masjid Raya dan seputaran kota Banda Aceh, Dapat melihat laut dan sungai mengalir membelah kota Bota Banda serta pasar-pasar pusat perdagangan, pasar Aceh dan pasar peunayong dengan hiruk pikuk kesibukan kota.
Pemandangan hijaunya hutan kota dan taman-taman kota, pemandangan tepi pantai yang membentang mingitari pemukiman warga yang jenu-jenu dipandang mata dapat dinikmati dengan bebas.
Menurut data yang ada, selama Januari hingga Juni 2024, sudah terdapat 5.148 wisatawan yang mengunjungi Menara Masjid Raya Baiturrahman.
“Banda Aceh Aman dan Bersih” Isma Safriana (21), gadis asal Kabupaten Aceh Utara ini berharap pengunjung masjid raya supaya tetap menjaga pakaiannya, menutup aurat jika memasuki areal mesjid.
Kamis sekira pukul 10 WIB menjelang siang, Rini dan Ira, keduanya berasal dari kota Medan. Rini mengaku sejak 2013 sudah sering ke kota Banda Aceh, sedangkan Ira baru pertama ke kota ini tengah duduk dibawah menara utama mesjid menikmati suasana di areal MRB.
Ditanya apa yang terkesan sesampai di Banda Aceh , setelah keduaya yang sudah beberapa hari di kota ini.
” Kesannya. Luar biasa lah, pakaiannya sopan – sopan. Terus di Mesjid ini juga jadi ikonnya Banda Aceh terlihat bersih. Sejak tahun 2013 saya kesini memang aman, nggak kayak di Medan, disini jauh lebih aman”, tutur Rini.
Sedangkan Ira dimintai kesannya, ” Kesannya kota ini bagus, kayak mesjidnya juga bagus, bersih. Terus untuk pakaiannya pun tertutup, bagus, nggak ada yang aneh-aneh gitu”, ujar Ira.[latahzannews]