Aceh Besar|BidikIndonesia.com – Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cuka Aceh memberikan pendampingan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang memproduksi sambal khas provinsi ujung barat Indonesia tersebut untuk mampu menembus pasar ekspor.
Kepala Seksi Bimbingan Kepatuhan dan Hubungan Masyarakat Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Aceh Muparrih di Banda Aceh, Jumat, mengatakan UMKM tersebut dengan nama Nyunti, berlokasi di Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar.
“UMKM Nyunti ini memproduksi sambal olahan khas Aceh dari asam sunti. Asam sunti ini menjadi bumbu andalan. UMKM ini memproduksi beragam sambal dari asam sunti yang kini sedang menjadi pusat perhatian pasar digital,” katanya.
Menurut Muparrih, pendampingan diberikan untuk menggali potensi dan klasterisasi UMKM serta mendorong mereka mampu naik kelas dengan berdaya saing di pasar internasional maupun domestik.
“Produk UMKM ini mulai banyak disukai masyarakat, tidak hanya Aceh, tetapi juga di provinsi lainnya di Indonesia. Karena itu, kami terus mendorong UMKM ini meningkatkan kualitas produksi agar mampu menembus pasar ekspor,” katanya.
Muparrih menyebutkan UMKM tersebut memiliki inovasi pengolahan modern menggunakan teknologi retort, metode sterilisasi makanan pada suhu tinggi dan dengan tekanan tertentu.
Dengan teknologi tersebut, kata dia, memungkinkan produk makanan tahan lama tanpa bahan pengawet. Dengan proses ini, produk makanan tetap higienis, awet, dan aman dikonsumsi serta meningkatkan daya saing produk di pasar yang lebih luas.
“Bea Cukai berperan sebagai agen fasilitas terus berkomitmen menjadi mitra strategis UMKM di Aceh. Pendampingan atau asistensi ini tidak hanya fokus pada aspek ekspor, tetapi juga pada penguatan daya saing dan kualitas produksi,” kata Muparrih.
Sementara itu, Mila Rosa Apriliani, pemilik UMKM Nyunti, mengatakan kapasitas produksi saat ini mencapai 300 kemasan sambal per hari dengan empat tenaga kerja lokal. Pemasaran produk dilakukan di berbagai platform digital.
“Kami berharap pemerintah daerah mendukung dalam aspek bantuan permesinan dan pengembangan kapasitas produksi. Kami juga masih menghadapi tantangan seperti keterbatasan bahan baku, perluasan pasar, serta legalitas usaha yang lebih kuat seperti BPOM,” katanya.