Banda Aceh | Bidik Indonesia – Selain mengirimkan 15 dai dalam Safari Ramadhan 1446 H, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry juga menugaskan tiga penceramah perempuan (daiyah) untuk memberikan ceramah khusus bagi perempuan di berbagai desa di Aceh Barat dan Nagan Raya pada Kamis (6/3) dan Jumat (7/3). Kehadiran mereka menjadi langkah penting dalam membuka ruang diskusi bagi perempuan terkait berbagai persoalan yang lebih spesifik dan dekat dengan kehidupan mereka. Kegiatan safari Ramadhan ini juga diisi oleh da’i-da’I setempat dalam semangat kolaborasi.
Safari Ramadhan ini merupakan bagian dari Program Kemitraan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry bekerja sama dengan PT MIFA. Selain kegiatan dakwah di masjid-masjid, program ini juga sekaligus melakukan supervisi kepada mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) tematik UIN Ar-Raniry yang juga fokus pada pendidikan dan syiar Ramadhan berkolaborasi dengan PT.Bara Energi Lestari di Nagan Raya.
Daiyah dan Misi Dakwah untuk Perempuan
Tiga daiyah yang terlibat dalam program ini adalah Dr. Nashriyah, S.Ag., M.A., Koordinator Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) UIN Ar-Raniry, Prof. Eka Sri Mulyani, S.Ag., MA, Ph.D., Direktur Pascasarjana UIN Ar-Raniry, dan Muslima, M.Ed., Dosen Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling UIN Ar-Raniry.
Pada 6 Maret, setelah Subuh, ketiga daiyah memberikan ceramah di majelis perempuan di Desa Balee, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat. Selanjutnya, mereka melanjutkan sesi diskusi di Desa Reudep dari pukul 09.00 hingga 11.30 WIB. Sementara itu, pada 7 Maret, mereka bertolak ke Desa Latong Seunagan, Nagan Raya, untuk memberikan kajian dari pukul 12.00 hingga 14.00 WIB.
Mereka tidak hanya menyampaikan ceramah keagamaan, tetapi juga membahas topik yang relevan dengan kehidupan perempuan. Dalam ceramahnya, Dr. Nashriyah membahas bagaimana teknologi dapat memberikan manfaat sekaligus tantangan dalam mendidik anak. Prof. Eka Sri Mulyani membawakan materi tentang amalan dan persiapan yang sebaiknya dilakukan selama bulan Ramadhan. Sementara itu, Muslima, M.Ed. melanjutkan pembahasan mengenai pola asuh dengan fokus pada pembinaan salat anak.
Perempuan Membutuhkan Ruang Dakwah yang Khusus
Keberadaan daiyah dalam Safari Ramadhan ini menjadi angin segar bagi perempuan di desa-desa tersebut. Selama ini, kebanyakan forum keagamaan lebih didominasi oleh dai laki-laki, sementara persoalan yang dihadapi perempuan sering kali bersifat lebih privat dan sulit untuk dibahas dalam forum umum.
“Sering kali perempuan ingin bertanya hal-hal spesifik tentang kondisi mereka, tetapi malu melakukannya di depan laki-laki. Misalnya, soal menstruasi atau kehamilan, tentu lebih nyaman jika ditanyakan di majelis khusus perempuan,” ujar Dr. Nashriyah.
Ia menambahkan bahwa keadilan dan kesetaraan tidak selalu berarti harus sama rata, tetapi harus berimbang. Meskipun jumlah daiyah masih jauh lebih sedikit dibandingkan dai laki-laki, kehadiran mereka setidaknya membuka ruang dakwah yang lebih inklusif bagi perempuan.
“Banyak pendidikan keagamaan yang diberikan oleh dai laki-laki, tetapi masih jarang kita mendengar ceramah dari perempuan. Semoga perempuan di seluruh dunia diberi kesetaraan, keadilan, dan kesempatan yang sama,” tambahnya.
Membangun Kebiasaan Baru dalam Syiar Islam
Keberadaan daiyah dalam Safari Ramadhan juga diharapkan dapat mengubah pola kebiasaan di masyarakat. Dr. Nashriyah menyoroti bahwa di beberapa desa, kegiatan tadarus lebih sering diperuntukkan bagi laki-laki dibandingkan perempuan.
“Di daerah yang kami kunjungi, sangat jarang ada kegiatan keagamaan yang melibatkan perempuan secara aktif. Misalnya, tadarus lebih sering dilakukan oleh laki-laki, sedangkan untuk perempuan tidak ada. Maka, kami mengajak ibu-ibu untuk ikut serta agar mereka juga mendapatkan manfaat dari syiar Ramadhan,” jelasnya.
Ke depan, diharapkan semakin banyak daiyah yang terlibat dalam program dakwah seperti ini agar semakin banyak perempuan yang mendapatkan akses terhadap ilmu agama dengan pendekatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.[mia]