Konstellasi perpolitikan tanah air yang sempat mereda paska terpilihnya Prabowo-Gibran dan menjadikan Prabowo sekaligus Ketua Partai Gerindra sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke 8. Kini diskusi-diskusi dimaksud kembali meningkat menjelang pemilu lokal di bulan November mendatang ini. Berbagai media juga mengabarkan analisa-analisa tentang calon-calon yang dijagokan untuk calon gubernur-wakil gubernur, calon bupati-wakil bupati, calon walikota-wakil walikota.
Sementara itu, beberapa calon yang merupakan putra-putra terbaik Aceh, baik secara individu maupun diusung oleh partai tertentu terlihat memasang pamplet di berbagai jalan utama dan sudut kota. Figur-figur tersebut menyatakan diri maju sebagai calon-calon yang akan memimpin nanggroe baik di tingkat propinsi maupun kabupaten kota dan menyampaikan selogan-selogan pembangunan yang dibutuhkan oleh masyarakat, dan menarik penulis ikut nimbrung mengamati suasana dengan perspektif yang penulis miliki.
Untuk Aceh sendiri memang membutuhkan peminpin yang bisa membawa Aceh keluar dari berbagai permasalahan, termasuk kuncuran dana pendidikan lebih besar. Nah, di sinilah Aceh membutuhkan calon pemimpin yang memiiliki kedekatan dengan pusat kekuasaan sehingga menjadi jalan tol bagi Aceh keluar dari ketertinggalan dan pastinya didukung penuh oleh masyarakat.
Lalu yang menjadi pertanyaan, siapa kira-kira punya kedekatan dengan pemerintah pusat dan dapat memberikan harapan baru bagi Aceh untuk mengejar ketertinggalannya? Tentunya setiap orang memiliki analisa dan jawaban masing-masing tergantung dari sisi mana ia melihat.
Dari sejumlah nama yang muncul di media dan menjadi pembicaraan khalayak, maka calon dari Partai Aceh terlihat memiliki dukungan kebanyakan masyarakat sehingga memiliki kans kuat dan lebih pede mencalonkan diri pada posisi Aceh 1. Boleh jadi dalam hari-hari mendatang akan mencuat dan mengerucut nama-nama lain dengan poros lainnya yang diusung oleh partai ataupun gabungan beberapa partai.
Namun untuk membangun Aceh, tidaklah cukup dengan partai lokal saja. Menurut hemat kami, Aceh membutuhkan putra Aceh terbaik lannya untuk mendampingi calon Aceh 1 dimaksud. Di sinilah narasi perlunya ‘orang dalam’ yang langsung dari partai penguasa yang dalam hal ini adalah Partai Gerindra menjadi alasan kuat. Hal ini bukan saja diprediksi akan lebih lancar dalam komunikasi, tetapi juga Aceh terjalin hubungan lebih dekat dengan pusat kekuasaan.
Mengamati apa yang dimuat oleh Acehtimes.co.id, terkait siapa yang menjadi pendamping Aceh 1 dimaksud disampaikan bahwa peluang terbesar ada Fadhullah yang merupakan Ketua DPD Gerindra Aceh.
Sementara itu, menurut informasi terekam di id.wikipedia.or.id Fadhlullah, S.E., sekarang menjabat sebagai Anggota DPR-RI Fraksi Gerindra 2 periode yakni 2014—2019 dan 2019—2024. Artinya, Fadhlullah, S.E atau lebih dikenal dengan panggilan Dek Fad bukan hanya ‘orang dalam’ dan tampuk partai penguasa di Aceh dan ia juga sudah berpengalaman di kancah nasional.
Semoga calon kuat Aceh 1 supaya mempertimbangkan jalan tol ini yang kiranya memberi jalan cepat bagi Aceh mengejar ketertinggalan Aceh dari daerah-daerah lainnya dalam berbagai bidang; pendidikan, terutama Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang minim pendanaan untuk sarana prasarana, kurangnya pembinaan sumber daya, dan juga biaya pendidikan untuk kalangan miskin dan bagi yang berkebutuhan lainnya.
Dengan pertimbangan ini, APTISI Aceh memproyeksikan PTS Aeh akan bisa berkembang lebih baik terutama dalam mencetak generasi penerus yang berkualitas. Semoga. Amin
Oleh: Prof. Dr. Bansu Irianto, M.Pd
(Guru Besar & Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Swasta Indonesia-APTISI, Aceh)