Aceh Tamiang ,bidikindonesia.com,
Musibah Banjir di Aceh Tamiang semakin meluas. Sekurangnya sudah menyebabkan 1.521 jiwa mengungsi. Bencana ini akan terus terulang bila Pemerintah Aceh tidak segera mengeruk muara di hilir sungai Tamiang.
Arus pengungsian ini mulai terjadi pada hari kedua banjir, Ahad (13/10/24). Berdasarkan data Pusdalops BPBD Aceh Tamiang, banjir sudah menyentuh seluruh atau 12 kecamatan dan menyebabkan 826 keluarga atau 1.521 jiwa mengungsi.
Tingginya jumlah pengungsi ini membuat Pj Bupati Aceh Tamiang, Drs. Asra menyusuri sejumlah perkampungan untuk memantau dan memastikan keberadaan dapur umum.
“Saya sudah tekankan ke jajaran, jangan sampai ada warga yang tidak tertangani, minimal dapur umum harus tersedia,” tegas Pj. Bupati Asra ketika menyusuri permukiman di Kampung Suka Jadi, Karang Baru, pagi tadi.
Diakui Pj. Bupati Asra, ia tidak membantah kalau persoalan banjir di daerahnya merupakan masalah klasik yang terus berulang di setiap musim hujan. Namun ia memastikan akar masalah banjir ini hanya satu, yaitu pendangkalan muara.
“Muara sungai kita ada dua, Kuala Pusung Kapal dan Kuala Peunaga. Hari ini keduanya sudah dangkal. Di waktu-waktu tertentu, terutama saat sungai surut dan laut juga surut mati, bisa diseberangi dengan jalan kaki,” jelasnya menguraikan.
Berdasarkan amatan peristiwa yang kerap terjadi, secara berulang, polanya sama, banjir di Aceh Tamiang selalu terjadi ketika laut sedang arus pasang mati dan bersamaan dengan curah dan intensitas hujan di pegunungan Aceh Timur dan Aceh Tenggara sedang tinggi.
“Air dari Aceh Timur dan Aceh Tenggara ini jatuhnya ke sungai kita. Selama laut tidak pasang mati, dipastikan Aceh Tamiang tidak akan banjir karena air langsung terbuang ke laut,” ungkapnya.
Berdasarkan analisis ini, Pj. Bupati Asra memastikan, selama muara di sungai Tamiang tidak dikeruk, maka banjir kiriman dari Aceh Timur dan Aceh Tenggara akan terus merendam Bumi Sedia. Ia pun berharap Pemerintah Aceh bersedia merealisasikan permohonan untuk menormalisasi muara dengan cara pengerukan.
Di sisi lain, Pj. Bupati Asra memastikan pihaknya sudah berupaya mengatasi banjir dengan berbagai pola. Misalnya, memanfaatkan batang kelapa sawit untuk merekayasa arus sungai agar tidak menghantam tebing, kemudian melibatkan swadaya masyarakat.
Namun, ia pun mengakui upaya ini tidak akan maksimal, karena kondisi muara masih sama. “Tetap saja bibir muara yang berbatasan langsung dengan laut lebih tinggi dari sungai,” timpalnya.
“Yang perlu menjadi catatan, sederas apapun hujan di Aceh Tamiang tidak akan menyebabkan banjir. Ini hanya terjadi ketika Aceh Timur dan Aceh Tenggara hujan deras dan bersamaan dengan laut pasang mati,” ujarnya menegaskan. ( poris )