Masyarakat Lampuuk Gelar Kenduri Raya

Masyarakat Lampuuk Gelar Kenduri Raya

Pembacaan Ikrar Sri Musim yang dibacakan oleh Faiz Nuzula perwakilan dari OPEMAL.

Aceh Besar | BidikIndonesia – Masyarakat Lampuuk menggelar Kenduri Raya Lampoh Glee Sri Musim 2025 di kaki Gunung Lam Nara, Gampong Meunasah Balee, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar. Tradisi ini menjadi simbol kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

Sri Musim mencerminkan harmoni antara manusia dan alam, yang berlandaskan tiga elemen utama: laut, gunung, dan sawah. Ketiga elemen ini diyakini saling terhubung, dan ketidakseimbangan pada salah satunya dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat.

Dalam acara ini, masyarakat Lampuuk menggelar prosesi peusijuk (tepung tawar) terhadap tiga tokoh utama dalam elemen Sri Musim, yakni pawang glee (hutan), keujruen blang (sawah), dan pawang laot (laut). Bendera Sri Musim juga ditancapkan secara simbolis bersama unsur Forkopimda, Panitia Khusus (Pansus) DPRK Aceh Besar, Balai BPKH, dan Pemerintah Aceh. Ikrar Sri Musim yang dibacakan oleh Faiz Nuzula perwakilan dari OPEMAL (Organisasi Pelajar dan Mahasiswa Lampuuk) dan diiringi dengan peniupan ‘berguk’ (terompet tanduk kerbau) sebagai bentuk komitmen menjaga lingkungan dan tradisi.

Ikrar tersebut menyebutkan bahwa “Siapa pun harus menghormati Sri Musim, beserta dengan semua anasir yang melekat didalamnya. Untuk melestarikan alam sebagai warisan kami bagi generasi mendatang, sebagaimana janji kepada indatu monyang, maka masyarakat Lampuuk wajib dilibatkan.

Bacaan Lainnya

Masyarakat Lampuuk menolak perubahan status alam yang merugikan kami termasuk hutan lindung, karena hal itu akan merusak tatanan sosial, ekonomi, dan adat yang telah kami bangun selama berabad-abad. Dan Bahwa setiap kebijakan, keputusan dan penetapan yang berhubungan dengan sri musim harus mempertimbangkan kami sebagai pihak yang paling tahu, paling memahami dan paling bertanggung jawab atas kelestarian alam Lampuuk sebagai wujud kesatuan nilai-nilai adat dan syariat yang telah kami jaga sejak zaman dahulu. Glee nakeuh tudong, asai mula nanggroe kenebah raja. Blang nakeuh dalong, saree meuseuraya tuha ngon muda. Laot nakeuh tanglong, suwa meusyehu meusipreuk cahya.”

Ketua Pansus Hutan Lindung DPRK Aceh Besar, Dr. Yusran, dalam sambutannya menyampaikan komitmen memperjuangkan hak masyarakat dalam mengelola hutan garapan yang berstatus hutan lindung. “Kami bersama Pemerintah Aceh dan pihak terkait akan memperjuangkan agar hutan garapan rakyat yang sudah berubah status menjadi hutan lindung dapat kembali dikelola oleh masyarakat,” ujarnya, Rabu, 19 Februari 2025.

Ketua Panitia Kenduri Raya Glee Sri Musim, Muntaran H. Abdullah, yang juga pemangku adat kemukiman Lampuuk, mengatakan bahwa acara ini bukan sekadar ajang silaturahmi, tetapi juga sebagai pengingat pentingnya menjaga kelestarian budaya dan lingkungan.

“Sebagai masyarakat yang hidup dari hasil alam, kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga lingkungan. Keindahan dan kelestarian Lampuuk dengan laut yang luas, hutan yang asri, dan sawah yang subur adalah anugerah yang harus kita rawat bersama,” ucapnya.

Muntaran menyoroti ancaman terhadap lingkungan seperti sampah, abrasi, dan eksploitasi yang tidak bertanggung jawab. Ia mengajak masyarakat meningkatkan kesadaran untuk menjaga kebersihan, tidak membuang sampah sembarangan, melindungi hutan, dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijak.

Ia juga menegaskan bahwa pola kehidupan Sri Musim mencerminkan keseimbangan antara manusia dan alam melalui tiga prinsip utama, Jak Laôt (Pergi ke laut) sebagai nelayan yang mengandalkan hasil laut. Jak u Glee (Pergi ke gunung) sebagai petani dan pekebun di kawasan hutan. Jak u Blang (Pergi ke sawah) sebagai petani yang mengolah lahan pertanian untuk kebutuhan pangan.

“Pola ini bukan sekadar aktivitas ekonomi, tetapi juga bentuk harmoni dan tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Kita bekerja sesuai musim, tidak serakah mengambil hasil bumi, dan menjaga kelestariannya untuk generasi mendatang,” terang Muntaran.

Ia berharap semangat Sri Musim terus dijaga di tengah tantangan modernisasi dan perubahan iklim yang mengancam keseimbangan alam. “Dengan kebersamaan, kita dapat menjaga dan mewariskan nilai-nilai luhur ini kepada anak cucu kita,” ujarnya.[Infonaggroe]

Acara Kenduri Raya Lampoh Glee Sri Musim ditutup dengan pembacaan Hikayat Sri Musim oleh Fuadi Kelayu, penandatanganan bersama Ikrar Sri Musim serta peninjauan hasil alam, dan santunan kepada anak yatim.