Masjid Syuhada Lamgugob Butuh 1,2 Milyar untuk Renovasi

Masjid Syuhada Lamgugob Butuh 1,2 Milyar untuk Renovasi
Masjid Syuhada Lamgugob yang tengah direnovasi (Gambar: Amira Layyina)

Banda Aceh | Bidik Indonesia Masjid Syuhada Lamgugob telah lama menjadi saksi bisu sejarah panjang masyarakat Gampong Lamgugob dan Aceh. Dahulu, masjid ini terletak di dekat Krueng Aceh dan dibangun secara gotong royong oleh warga setempat menggunakan kayu hadiah dari Indrapuri. Namun, akibat proyek pembebasan lahan Krueng Aceh pada 1989, masjid ini terpaksa dipindahkan.

Sebagai kompensasi, pemerintah menyediakan sebidang tanah yang kini dikenal sebagai Jalan T. Lamgugob.

“Sebenarnya, pemerintah ingin membangunnya, tetapi masyarakat menolak dan memilih untuk membangun sendiri karena rencana yang diajukan pemerintah tidak sesuai dengan keinginan warga,” ujar Bustami Usman, Ketua Panitia Pembangunan Masjid Syuhada Lamgugob.

Sejak saat itu, masyarakat secara mandiri membangun kembali masjid dengan material permanen dan pengawasan gotong royong.

Mengalami Banyak Renovasi Sejak 1989

Pada tahun 1995, masyarakat membentuk Panitia Pembangunan untuk mengelola renovasi masjid. Sejak didirikan di lokasi baru, Masjid Syuhada Lamgugob telah mengalami berbagai tahap renovasi, terutama setelah mengalami kerusakan akibat tsunami 2004. Awalnya, bangunan masjid hanya berupa lantai semen dengan tiang berukuran kecil, tanpa plafon, serta atap yang sering bocor. Namun, berkat kerja sama warga, masjid ini kini telah bertransformasi menjadi bangunan yang lebih kokoh dan nyaman.

Bacaan Lainnya

Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Bustami Usman, menjelaskan bahwa renovasi besar dilakukan sejak 2005 hingga sekarang, termasuk pemasangan atap, pembangunan relief tiang, pemasangan plafon, pengecatan, pemasangan lantai granit, perombakan kubah, serta pelebaran bagian selatan dan utara. Namun, tantangan utama bukan hanya pada pembangunan, tetapi juga perawatan masjid.

“Pada 2007 dan 2009, sempat terjadi kebocoran besar, sehingga dana yang awalnya dikumpulkan untuk pembangunan sebagian harus dialihkan untuk perbaikan,” ungkap Bustami.

Peran Masyarakat dalam Pengembangan Masjid

Sejak dahulu, masyarakat berperan besar dalam pendanaan renovasi. Namun, dalam perombakan teras tahap pertama, pemerintah turut membantu dengan dana sekitar 400 juta rupiah dari total kebutuhan 2 miliar rupiah.

Saat ini, renovasi teras masjid memasuki tahap kedua dengan kebutuhan dana sebesar 1,2 miliar rupiah. Namun, dana yang terkumpul baru mencapai 300 juta rupiah, yang sebagian besar berasal dari sumbangan individu. Seperti biasa, masyarakat tetap aktif berkontribusi dalam pengembangan Masjid Syuhada Lamgugob.

“Mungkin antusiasme ini muncul karena masyarakat percaya bahwa dana yang mereka sumbangkan akan menjadi amal jariyah bagi mereka di akhirat. Selain itu, mereka juga bisa melihat langsung hasil dari sumbangan yang diberikan,” ujarnya.

Menurut Bustami Usman, alasan utama masyarakat tetap percaya untuk menyumbang adalah mekanisme transparansi dana yang diterapkan oleh pengurus.

“Setiap hari Jumat sebelum khutbah, pengurus selalu mengumumkan laporan keuangan masjid, termasuk dana masuk dan keluar. Hal ini sudah dilakukan secara rutin selama bertahun-tahun,” jelasnya.

Selain itu, informasi mengenai penggunaan dana juga dapat dilihat pada papan informasi di depan masjid.

“Kami akan terus meningkatkan transparansi agar masyarakat dapat mengetahui dengan jelas hasil dari sumbangan yang mereka berikan,” tambahnya.

Bustami berharap renovasi ini dapat segera selesai agar masjid bisa memberikan kenyamanan lebih bagi jamaah, terutama saat bulan Ramadan dan perayaan hari besar Islam.

“Bagi masyarakat yang ingin berkontribusi dalam pembangunan dan pengoperasian masjid, dapat menghubungi Geuchik atau langsung menghubungi panitia masjid,” tutupnya.[mia]