BANDA ACEH, BidikIndonesia.com Kabar burung makin gencar soal mutasi di jajaran Pemerintah Aceh. Suasana mulai kasak-kusuk, para Kepala SKPA mulai mendekati orang orang dekat pendopo. Bahkan isu terhembus kencang Martunis akan menggusur Al-Hudri dari Kadis Pendidikan Aceh.
Mutasi atau rotasi tidak hanya eselon II, nama-nama pejabat eselon III dan IV yang akan menduduki pos tertentu pun ramai jadi perbincangan. Dinas pendidikan merupakan salah satu instansi yang banyak disebut.
Lembaga Pemantau Pendidikan Aceh (LP2A), LSM yang concern pada isu-isu pendidikan daerah ini mengingatkan Pj Gubernur Bustami Hamzah agar tidak mengulang kesalahan yang pernah dilakukan pimpinan daerah sebelumnya.
“Posisi Kadis pendidikan harus diisi oleh sosok yang benar-benar menguasai masalah. Jangan mengulang kesalahan yang sama orang ditempatkan tidak sesuai keahlianya,” ujar Ketua LP2A, DR Samsuardi, MA kepada beritamerdeka.net, Jumat 10 Mei 2024
Dari kajian akademis, Dr Sam mengatakan bahwa pendidikan Aceh mengalami kemunduran selama hampir satu dasawarsa terakhir. Keterpurukan sangat terasa saat Disdik dipimpin pejabat dengan latar belakang yang tidak paham pendidikan.
“Akibatnya, daya saing lulusan SMA dan SMK Aceh sangat rendah. Ini harus menjadi fokus kepala dinas yang baru,” ujarnya.
Pj gubernur, harap Samsuardi, harus memiliki komitmen dan memberi perhatian ekstra terhadap Dinas Pendidikan. Bukan hanya untuk level kepala dinas saja, pembenahan harus dilakukan secara menyeluruh di internal pejabat Disdik Aceh karena hampir semua jenjang jabatan, bahkan hingga staf ASN dan tenaga kontrak, banyak yang tidak menguasai tupoksi bidang yang ditugasinya.
Karena itu, sambungnya, pengisian jabatan dan personil pada Disdik benar-benar membutuhkan energy ekstra. “ Itu harus dilakukan jika Aceh ingin menyiapkan SDM yang memiliki kompetensi yang kuat dan berdaya saing ke depan. Jika tidak, Aceh akan terus tertinggal,” tambah Samsuardi.
Dr Sam menjelaskan, kepemimpinan Disdik saat ini sangat lemah karena sarjana kesehatan hewan diberi jabatan plh disdik yang sama srkali tidak ditopang oleh SDM yang memahami tugas dan fungsi. Mulai dari kepala dinas Pendidikan Al Hudri yang tidak paham tentang pendidikan hingga kepala bidang dan kepala seksi merupakan SDM “impor” dari dinas lain.
“Kondisi ini menyebabkan Disdik sering melakukan trial and error dalam menyusun perencanaan, sehingga timbul in-efisiensi,” sebutnya.
Untuk menyelamatkan pendidikan Aceh dari salah urus berkepanjangan, menurut Dr Sam, maka tidak ada jalan lain. Pimpinan daerah harus rela melakukan perbaikan besar-besaran dengan menempatkan figur yang tepat guna memimpin Disdik. “Demikian pula pejabat level menengah dan staf. Harus diterapkan pendekatan meritokrasi dengan melihat jenjang karier dan profesionalitas,” pungkasnya.
Siapa Martunis?
Martunis diisukan akan menggantikan Alhudri sebagai Kadis Pendidikan Aceh. Sosok ini sekarang yang santer dibicarakan. Benarkah?.
Martunis yang pernah menjadi Pj Bupati Singkil kini menjabat Kadis Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Aceh.
Menurut Samsuardi, Martunis ini walau pernah mencicipi pendidikan di luar negeri, tapi belum ada rekam jejak mengurus pendidikan. “Beliau itu (Martunis-red) tak punya rekam jejak urusan pendidikan,” katanya.
Dengan pendidikan yang dimilikinya, secara ilmuan tidak linier dengan jabatan yang diemban untuk posisi Kadis Pendidikan. “Saya ingatkan Pj Gubernur jangan terperosok ke lubang yang sama,” harap Samsuardi.
Menurutnya, Martunis merupakan Lulusan S1 Teknik di ITS, S2 di Bidang Ekonomi di Kampus Geogia State University di Amerika. “Beliau tidak memiliki kepasitas Akademis untuk memahami ketajaman pengetahuan nya pada isu krusial pendidikan Aceh,”.
Dinas Pendidikan ini tidak hanya mengurus proyek fisik, tapi gimana meningkatkan mutu dan berhadapan dengan manusia. “Ini Dinas memikirkan hajat hidup generasi ke depan,” tutup Doktor Bidang Kebijakan Pendidikan.[Beritamerdeka]