Kabar mengejutkan datang dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), di mana H. Ruslan Daud (HRD), yang sebelumnya digadang-gadang sebagai calon kuat Gubernur Aceh dari PKB, secara resmi memutuskan untuk tidak maju dalam Pilkada 2024.
Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Ketua DPW PKB Aceh, H. Irmawan, S. Sos, di Jakarta saat mendampingi Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, dalam pertemuan dengan calon Gubernur dari Partai Aceh, Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem.
“Kami menghormati keputusan Pak Ruslan untuk tidak maju sebagai calon Gubernur Aceh. Hingga saat ini, PKB Aceh belum menentukan sikap dukungan untuk calon Gubernur,” ujar Irmawan ketika dihubungu
Irmawan menjelaskan bahwa pertemuan antara Mualem dan Cak
Muzakir Manaf dan H. Ruslan Daud: Duet Politik yang Menggetarkan?
Mengintip dinamika politik Aceh yang semakin rumit, satu skenario yang kini mencuri perhatian adalah kemungkinan Muzakir Manaf (Mualem) berpasangan dengan H. Ruslan Daud (HRD) dalam kontestasi Gubernur Aceh.
Bagaimana jika duet ini benar-benar terwujud?. Akankah mereka menjadi kekuatan baru yang sulit ditandingi?
Secara politik, Mualem adalah figur sentral dengan basis massa yang kuat di kalangan mantan kombatan dan Partai Aceh, sementara HRD memiliki rekam jejak yang mengakar di kalangan ulama dan tokoh masyarakat, terutama melalui PKB.
Duet ini secara otomatis bisa menggabungkan dua kekuatan besar nasionalis religius dan nasionalis kebangsaan yang bisa menjadi ancaman serius bagi kandidat lainnya.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa kolaborasi antara dua sosok ini juga penuh tantangan. Mualem, dengan latar belakang militer dan sejarah perjuangannya, tentu membawa aura kepemimpinan yang tegas dan berani.
Sementara HRD dikenal sebagai tokoh yang lebih moderat dan diplomatis, dengan pendekatan yang lebih merangkul berbagai elemen masyarakat.
Perbedaan gaya kepemimpinan ini bisa menjadi pedang bermata dua, mampu menjadi kekuatan yang saling melengkapi, atau justru menciptakan friksi internal yang bisa melemahkan konsolidasi tim mereka.
Jika dipasangkan, Mualem dan HRD berpotensi untuk menciptakan harmoni antara aspirasi lokal dan nasional.
Ini bisa menjadi kombinasi yang menarik, terutama dalam upaya memperjuangkan isu-isu krusial seperti pembangunan infrastruktur, peningkatan kualitas pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi di Aceh.
Dengan dukungan Mualem yang kuat di pedesaan dan basis massa HRD di wilayah perkotaan, pasangan ini bisa menjangkau seluruh spektrum pemilih, dari konservatif hingga moderat.
Namun, tantangan besar yang dihadapi pasangan ini adalah bagaimana mereka akan menjembatani perbedaan visi dan misi, serta merancang strategi kampanye yang mampu mengatasi resistensi dari berbagai kelompok masyarakat yang mungkin tidak sepenuhnya sepakat dengan kolaborasi ini.
Apabila duet ini mampu menunjukkan keselarasan dalam visi, misi, dan aksi, bukan tidak mungkin mereka akan menjadi kekuatan politik yang sulit ditandingi di Aceh.