Banda Aceh | BidikIndonesia – Tsunami Early Warning System (EWS) atau sirine tsunami menjadi salah satu fasilitas peringatan dini bencana tsunami kepada masyarakat, fasilitas ini tentu sangat penting.
Bahkan ketika kegiatan peringatan tsunami pada 26 Desember di setiap tahunnya, EWS juga selalu dibunyikan sebagai pengingat akan dahsyatnya peristiwa hantaman gelombang air laut itu.
Kini, di Provinsi Aceh terdapat 8 sirine tsunami yang tersebar di 3 kabupaten. Diantaranya 3 unit berada di Banda Aceh seperti depan kantor Gubernur Aceh, Lampulo dan Blang Oi.
Kemudian 3 unit berada di Aceh Besar yaitu wilayah Kajhu, Lhok Nga dan Lam Awe. Terakhir, 2 unit sirine stunami lainnya juga terdapat di Kabupaten Meulaboh yang dibangun di atas bangunan pertokoan.
“Sirine tsunami menjadi aset pemerintah pusat maupun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang masih berfungsi dengan baik hingga saat ini,” ungkap Ketua Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Nara, Kamis, 26 Desember 2024.
Dijelaskan Teuku Nara bahwa proses perawatan sirine stunami juga selalu dilakukan secara berkala oleh BMKG dengan menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
“Selama ini pemerintah Aceh juga melakukan sharing operasional atau uji fungsi secara rutin setiap bulan, pada tanggal 26,” tambah Teuku Nara.
Sementara itu, Pengamat Meteorologi dan Geofisika Muda Stasiun Geofisika Aceh Besar, Herdiyanti Resty Anugrahningrum menjelaskan bahwa proses kerja sirine tsunami berbasiskan sinyal radio.
“Secara teknis, sirine stunami berbasis radio dengan frekuensi VHF yang dioperasikan oleh BMKG dan Pusdalops PB Aceh,” tambahnya.
Dalam proses kerjanya, penggunaan sirine stunami diaktifkan melalui pusat pengendali sirine, di mana pengendali ini mengirimkan sinyal radio ke masing masing sirine.
“Sinyal ini akan diterima di masing masing sirine melalui radio yang ada di setiap sirine, dan mengaktifkan suara sirine,” tutup Herdiyanti Resti.[KontrasAceh]