Majelis Alimat Indonesia Lantik Pengurus Wilayah Aceh, Perkuat Peran Perempuan dalam Kepemimpinan

Majelis Alimat Indonesia Lantik Pengurus Wilayah Aceh, Perkuat Peran Perempuan dalam Kepemimpinan
Pelantikan kepengurusan baru untuk Majelis Alimat Indonesia (MAI) Wilayah Aceh periode 2025-2029 di Gedung Rektorat Universitas Syiah Kuala (USK) pada Rabu (26/2). (Gambar: Amira Layyina/bidikindonesia.com)

Banda Aceh | Bidik IndonesiaMajelis Alimat Indonesia (MAI) secara resmi melantik kepengurusan baru untuk Wilayah Aceh periode 2025-2029 dalam sebuah seremoni yang berlangsung di Ruang Senat Gedung Rektorat Universitas Syiah Kuala (USK) pada Rabu (26/2). Prosesi pelantikan dipimpin oleh Wakil Ketua Umum MAI, Prof. Dr. Hj. Euis Amalia, M.Ag., dan turut dihadiri oleh sejumlah akademisi serta tokoh perempuan dari berbagai bidang.

Dalam susunan kepengurusan yang baru, Prof. Dr. Ir. Eti Indarti, M.Sc., didapuk sebagai Ketua MAI Wilayah Aceh. Ia akan menjalankan kepemimpinan bersama Dr. Dra. Sulastri, M.Si., dan Dr. Nashriyah, M.A., yang menjabat sebagai Wakil Ketua. Sementara itu, posisi Sekretaris diamanahkan kepada Prof. Dr. Ichwana, S.T., M.P., dengan Dr. Zubaidah, M.Ed., sebagai Wakil Sekretaris. Untuk posisi Bendahara, tanggung jawab tersebut diemban oleh Dr. Ratna Mulyany, BACC, MSACC, dengan Evriyenni, S.E., M.Si., CTT, CATr., sebagai Wakil Bendahara.

Peningkatan Peran Perempuan dalam Kepemimpinan
Dalam sambutannya, Prof. Euis Amalia menyoroti pentingnya peran perempuan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Ia menekankan bahwa perempuan tidak hanya berperan dalam lingkup domestik, tetapi juga harus aktif dalam kepemimpinan dan pemberdayaan masyarakat.

“Perempuan memiliki kapasitas besar dalam memberikan solusi atas berbagai permasalahan sosial. Oleh karena itu, sudah saatnya perempuan mengambil peran lebih luas dalam kepemimpinan,” ungkapnya.

Senada dengan hal tersebut, Prof. Eti Indarti menegaskan bahwa kepengurusan baru ini akan berfokus pada penguatan peran perempuan di berbagai sektor, mulai dari pendidikan hingga sosial dan ekonomi.

Bacaan Lainnya

“Kami ingin MAI Aceh menjadi wadah yang tidak hanya memperdalam pemahaman keislaman, tetapi juga memberdayakan perempuan agar lebih mandiri dan dapat berkontribusi dalam pembangunan masyarakat yang lebih baik,” ujar Prof. Eti.

Tentang Majelis Alimat Indonesia

MAI merupakan organisasi independen yang menaungi para cendekiawan Muslimah dari berbagai bidang, termasuk pendidikan, sosial, dan budaya. Didirikan oleh sejumlah tokoh Muslimah terkemuka seperti Almh. Prof. Tuty Alawiyah, Prof. Nabilah Lubis, Almh. Hj. Mahdiyah, Almh. Hj. Yoyoh Yusroh, dan Dr. Nursanita Nasution, MAI telah terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM sejak 3 April 2015.

Organisasi ini memiliki visi untuk menjadi pusat pemikiran dan gerakan ilmuwan Muslimah dalam pembangunan umat dan bangsa. MAI berperan sebagai wadah pengembangan kapasitas dan kompetensi ilmuwan Muslimah dalam menghasilkan kajian dan penelitian berkualitas di berbagai bidang, termasuk agama, pendidikan, sosial, budaya, komunikasi, ekonomi, kesehatan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dengan kepengurusan baru di Aceh, MAI berharap semakin banyak perempuan dapat berperan aktif dalam mengatasi tantangan sosial serta memberikan kontribusi nyata bagi kesejahteraan umat dan bangsa.[mia]