LHOKSEUMAWE, bidikindonesia.com, Dalam rangka meningkatkan pemahaman dan pelestarian seni musik tradisional Aceh, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe melalui Bidang Kebudayaan menggelar kegiatan Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Koleksi Secara Terpadu dengan tema Kajian Alat Musik Rapai Uroh. Acara ini berlangsung di Hotel Lido Graha pada Sabtu, 14 Desember 2024, pukul 14.00 hingga selesai, diikuti oleh 48 peserta yang mewakili komunitas Rapai Uroh se-Kota Lhokseumawe.
Kegiatan digelar Selama 2 hari, 14-15 Desember 2024, dimana sesion ke dua tentang kajian Rapa’i Uroh digelar di Museum Kota lhokseumawe sekaligus penutupan kegiatan.
Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, Sofian, S.Pd., yang diwakili oleh Kabid Kebudayaan, Asep Rahmat Mulyana, S.Sos., membuka acara sekaligus menyampaikan laporan Ketua Panitia. Dalam sambutannya, Asep menyatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan seni tradisional Rapai Uroh agar tetap hidup di tengah masyarakat, serta memberikan pemahaman mendalam kepada generasi muda mengenai sejarah dan nilai budaya yang terkandung dalam musik tradisional tersebut.
Sesi Diskusi dengan Para Narasumber
Sesi pertama kajian ini menghadirkan tiga narasumber berkompeten. Muhammad Yasir, selaku penasihat Komunitas Rapai Uroh Kota Lhokseumawe, membahas sejarah dan perkembangan alat musik tradisional Rapai Uroh. Narasumber lain, Tgk. Samsul Bahri, S.Pd.I bersama Tarmizi Damhuri, S.Pd.I, yang merupakan sesepuh dan pemerhati budaya Rapai Uroh, memberikan wawasan tentang nilai-nilai budaya dan cara melestarikannya di tengah arus modernisasi serta memaparkan sejarah Rapa’i Uroh.
“Nilai filosofi dari rapa’i yang sngat berperan disitu adalah nilai etika dan estetika yang meliputi syiar dan syair, gerakan dan busana. Nilai etika adalah adab sopan santun dalam penyampaian syair ataupun atraksi-atraksi. Krna syair yg dilantunkan adalah zikir dan shlawat, dan ada juga yang mengisahkan tentang sejarah, menuntut ilmu, mendidik anak, persaudaraan, kerja keras serta lainnya yg berhubungan dg adat kehidupan masyrakat”, jelasnya Nara Sumber Samsul Bahri, S.Pd.I
Sesion Diskusi di pandu moderator Geuchik Faisal alias Raja yang saat ini juga menjabat Geuchik Meunasah Alue aktif yang juga didampingi Muslem alias Cek Adi.
Pembentukan Struktur Komunitas Rapai Uroh Kota Lhokseumawe
Sebelum sesi kajian dimulai, Muhammad Yasir memanfaatkan momen ini untuk mempererat silaturahmi antaranggota komunitas Rapai Uroh. Dalam forum tersebut, secara aklamasi, Mansur ditunjuk sebagai Ketua Komunitas Rapai Uroh Kota Lhokseumawe. Selain itu, ketua komunitas tingkat kecamatan juga ditunjuk, yaitu Mustajab untuk Kecamatan Blang Mangat, Jamaluddin Risyad untuk Kecamatan Muara Dua, dan Abdullah untuk Kecamatan Muara Satu.
Kegiatan ini diharapkan mampu menjadi langkah awal untuk merumuskan strategi pelestarian seni tradisional Rapai Uroh sekaligus memperkuat solidaritas komunitas seni tradisional di Kota Lhokseumawe.