Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Aceh menegaskan komitmen untuk terus berupaya mengendalikan inflasi dengan berkolaborasi bersama seluruh stakeholder lewat penguatan penerapan teknologi dan inovasi pertanian hingga rantai pasok pangan lokal.
“Pengendalian inflasi memerlukan kolaborasi yang melibatkan pemerintah daerah, petani, komunitas, pengusaha, dan juga lembaga keuangan,” kata Kepala KPwBI Aceh Agus Chusaini di Banda Aceh.
Pernyataan itu disampaikan Agus Chusaini dalam sambutannya pada kegiatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Aceh di rumah produksi UMKM Capli di Kota Banda Aceh.
Dalam GNPIP ini, Bank Indonesia melaksanakan peresmian rumah produksi Capli, penyerahan bantuan sarana dan prasarana komoditas pangan, penyerahan bibit, capacity building pengolahan tanah, dan gerakan panen cabai bersama.
Agus menyampaikan, memasuki kuartal terakhir 2025 dan menyongsong 2026, Bank Indonesia menyatakan terus memperkuat kolaborasi bersama TPID (tim pengendalian inflasi daerah), sektor swasta dan komunitas sebagai langkah pengendalian inflasi di Aceh.
Adapun strategi yang perlu dapat dilakukan yaitu penguatan rantai pasokan pangan lokal, dan diversifikasi produksi agar tidak hanya tergantung pada komoditas tertentu yang rentan terhadap fluktuasi harga.
“Kemudian, perlu penerapan teknologi dan inovasi pertanian, seperti urban farming, agroteknologi, dan manajemen logistik yang efisien untuk menjaga biaya produksi dan distribusi tetap terkendali,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, diperlukan peningkatan keterjangkauan dan ketersediaan pangan, terutama kelompok yang berpotensi besar menekan inflasi, seperti cabai merah, bawang merah, telur ayam ras yang telah terbukti memberi andil besar terhadap tekanan harga.
Lalu, harus melakukan pemantauan dan respon cepat atas gejolak harga pangan, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, melalui sinergi data, analisis dan tindakan bersama antara BI, TPID dan pemangku kepentingan terkait lainnya.
“Saya yakn bahwa jika kita terus bergerak bersama dengan visi yang sama, langkah yang selaras, dan komitmen yang kuat, Aceh akan mampu menjaga inflas pangan pada tingkat yang rendah dan stabil,” katanya.
Dalam kesempatan ini, Agus juga mengucapkan terima kasih kepada TPID yang telah berupaya keras untuk menjaga inflasi di Aceh. Meskipun Oktober 2025, inflasi tahunan di Aceh masih tinggi yaitu sebesar 4,66 persen (yoy).
Kondisi itu menempatkan Aceh pada posisi ketiga secara nasional sebagai provinsi dengan inflasi tertinggi. Sehingga, diperlukan upaya bersama seluruh pihak untuk pengendalian inflasi di Aceh agar tidak menembus sasaran 2,5±1 persen (yoy).
Maka dari itu, tambah Agus, hari ini Bank Indonesia hadir dengan rangkaian GNPIP yang dinilai sangat strategis, mulai dari penyerahan bantuan sarpras komoditas pangan, penyerahan bibit, capacity building pengolahan tanah, dan gerakan panen cabai bersama.
“GNIP ini bukan hanya seremonial, tetapi bagian nyata dari strategi hulu-hilir dalam pengendalian inflasi pangan, yaitu memperkuat produksi lokal, mempersingkat rantai distribusi, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam urban farming, memfasilitasi akses petani ke teknologi serta bahan baku,” demikian Agus Chusaini.
